Sebuah Pertemuan
22 Februari 2014 pukul 19:04
Aku
masih menatap retinamu sejak sepuluh menit yang lalu, bahkan lantas
hingga sepuluh menit berikutnya. Aku hanya menatap kedua manik mata yang
bisu itu. Bicaralah, kata hatiku. Sebab hati merasa gelisah, melihat
wajah pongah. Apalagi ketika pemilik wajah pongah itu adalah engkau.
Hahaha kautetap saja diam. Bahkan matamu yang sedang berkedip, juga enggan menampakkan bahasanya.
Barangkali kita sama-sama tidak punya kata-kata untuk diungkap. Atau kaumemang segan?
Ah, tapi hadir-mu saja sudah lebih dari cukup. Sebuah bahagia-ku yang tiada ampun.
"Mengapa diam saja?" tanya seseorang. Aku mengenal suaranya. Lalu yakin ketika menemukan hidungnya yang bangir.
"Hei, Shill. Kami hanya sedang.."
Tiba-tiba, kaumenyambung ucapanku. "Belajar bahasa kesunyian."
Aku mengerutkan dahi ketika mendapati kalimatmu. "Rio sekarang lucu ya, Shill," kataku sembari tertawa. Tetapi rasanya hambar sekali.
Kulihat kaumeraih kopimu --yang kurasa- mulai dingin. Lalu kemudian menimpali, "Tapi aku lebih suka berbicara dengan bahasa kesunyian."
Aku melihat mata gadis itu. Membelalak.
+++
copy from:
https://www.facebook.com/kumpulan.remajaii
https://www.facebook.com/notes/kumpulan-fanfict-remaja-ii/sebuah-pertemuan/423552551108757